Rabu, 09 Oktober 2013

JEJAK ZIONIS YAHUDI (FREEMASONRY-ILLUMINATI) DI NEGERI ACEH - Bagian 2: JHR Kohler - Kherkoff (Peucut, Banda Aceh/ Kerkhof Laan atau Tempat Pemakaman Umum Kebon Jahe Kober)

Sejarah Singkat 

Dari banyak catatan sejarah tercatat bahwa Mayor Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler adalah pimpinan tentara kerajaan Belanda membawa 3000-an serdadu menapakkan kakinya di bumi Serambi Mekkah pada 6 April 1873 untuk merebut Aceh. Satu langkah yang dilakukan oleh Belanda setelah Perjanjian London yang disepakati bersama Inggris pada 1871; yang salah satu poinnya berbunyi Inggris memberikan kekuasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh.


Pada 26 Maret 1873 Belanda menyatakan perang terhadap Aceh dan mengirimkan pasukan ekspedisi dibawah komando Kohler ke Aceh. Tragis, belum sebulan berada di Aceh, nyawanya melayang tertembus peluru sniper muda belia Aceh.

Kohler, komandan tentara kolonial Belanda yang ditembak mati oleh sniper Aceh berusia belia di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Konon, sniper Aceh itu juga ditembak sniper Belanda sesaat setelah menewaskan Kohler. Mungkin inilah perang antara sniper pertama yang terjadi dalam sejarah Nusantara. 

Perang menundukkan Aceh merupakan perang terlama, lebih dari tigapuluh lima tahun, dan perang termahal yang harus dilakukan Belanda untuk bisa menundukkan Serambi Mekkah ini. Ceritanya, tak sampai tiga pekan setelah mendarat di pantai Aceh pada tanggal 8 April 1873 itu, serdadu Belanda sudah tidak kuat menghadapi gempuran gerilyawan Mujahidin Aceh yang dibantu pasukan elit dari Turki Utsmaniyah dan beberapa negeri Islam sahabat. Para serdadu Belanda kembali lagi naik kapal setelah menghadapi perlawanan paling sengit yang pernah dialami militer Belanda di Timur. Jenderal Kohler, panglima Belanda, yang sedang berada di halaman depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, tiba-tiba rubuh bemandikan darah. Dadanya bolong ditembus peluru sniper Aceh. Hari itu tanggal 14 April 1873.

Kohler adalah komandan serdadu Belanda yang memimpin penyerangan ke Banda Aceh. Dalam serangan dua hari yang sia-sia itu di dalam kota Banda Aceh, Belanda menderita kerugian yang luar biasa besar. Setelah Indonesia merdeka, tempat ambruknya Jenderal Kohler di halaman depan Masjid Raya Baiturrahman itu dibuat sebuah monumen. Hari ini monumen itu masih tegak berdiri, selamat dari sapuan tsunami. Salah satu diorama di Museum TNI Satria Mandala Jakarta juga telah melukiskan peristiwa bersejarah ini. Mayor Jenderal J. H. R. Kohler dimakamkan di Kerkhof Laan di Batavia.


gambar pohon paling kanan tempat adalah lokasi tewasnya Jendral Kohler
(sekarang jadi monumen)


Perang Aceh I yang dipimpin oleh Jenderal Kohler sebenarnya cukup sukses dengan berhasil mencaplok Mesjid kebanggaan rakyat Aceh, yaitu Masjid Raya Baiturrahman. Namun pada tanggal 14 April 1873 ketika sang jenderal sedang menginspeksi di areal mesjid tersebut, tiba-tiba seorang penembak bangsa Aceh dalam posisi merunduk melepaskan tembakan dari jarak 100 meter dan mengenai jantung sang jenderal. Beberapa saat kemudian sang jenderal itu tewas. Peristiwa tersebut tentu mengejutkan para pasukan kompeni ini dan akhirnya sang pahlawan si pembunuh jenderal itu gugur diberondong peluru oleh pasukan kompeni.

Kohler Perwira Yahudi-Kabbalah (Freemason-Illuminati)

Sampai sekarang, nisan makam Kohler masih bisa kita saksikan di Museum Taman Prasasti. Kondisinya cukup baik walau ada beberapa bagian kecil yang sudah tidak lengkap. Tidak teralu sulit mencarinya. Setelah masuk pintu gerbang utama museum, kita berjalan ke arah kanan dan akan dengan mudah menemukan prasasti makam Kohler yang agak tinggi dan besar.Bagi mata awam mungkin kita akan terkagum-kagum dengan prasasti makam yang berbentuk kotak dengan tinggi sekitar dua meteran yang dipahat dengan aneka simbol. Namun bagi mereka yang sedikit banyak mengetahui makna simbol-simbol yang terdapat di prasasti makam tersebut, maka simbol-simbol itu bisa berbicara banyak tentang sosok yang dikubur di dalamnya.



Ouroboros Symbol (A Snake Bitting is Tail)

Di atas prasasti Kohler terdapat simbol Hexagram atau Bintang David di tiap sisinya, di tiap-tiap rusuk prasasti secara vertkal terdapat obor yang terbalik di mana apinya yang menyala terletak di bawah, lalu di tiap sisi terdapat simbol-simbol dan tulisan yang berbeda, di antaranya simbol The Iron Cross atau juga dikenal sebagai Salib Templar, dan simbol ular melingkar dengan mulut yang menggigit ujung ekornya, atau dalam dunia simbol disebut sebagai Ouroboros Symbol (A Snake Bitting is Tail) . 


Hanya orang Yahudi yang dimakamkan dengan Simbol Bintang David di prasastinya. Dengan demikian jelas, penyerangan Belanda atas Banda Aceh dipimpin oleh seorang perwira Yahudi-Belanda. Dan tentang simbol Salib Templar, hal ini memperkuat jika Kohler bukanlah ‘Yahudi biasa” melainkan seorang Yahudi yang sedikit banyak bersinggungan dengan kelompok-kelompok rahasia Luciferian seperti halnya Templar, Freemasonry (Vrijmetselarij), Rosikrusian, dan sebagainya. Apalagi dengan adanya simbol Ular, Ouroboros.

Dalam kamus simbol dunia, Ouroboros yang termasuk ke dalam ‘Satanic Symbols’ ini memiliki arti sebagai keabadian, kesemestaan, yang juga mewakili kekuatan Lucifer itu sendiri. Dalam dunia modern, sejumlah perusahaan dunia juga menggunakan simbol Ouroboros sebagai logo perusahaannya, semisal Vodafone, Lucient Technologies (Lucifer Teknologi), Order TrustPhilly.com, termasuk kelompok rasis kulit putih Ku Klux Kan(KKK). Simbol ini sesungguhnya berasal dari kelompok persaudaraan ular, Brotherhood of the Snake.

Jika seorang Yahudi Kabbalah juga menggunakan simbol Ouroboros di makamnya, maka itu kian memperjelas dan membuktikan jika seorang Mayor Jenderal Kohler bukan seorang Yahudi biasa. Dengan logika sederhana, kita bisa menarik lebih jauh lagi jika atasan Kohler tentu lebih istimewa kedudukannya. Dan secara keseluruhan, hal ini membuktikan jika VOC memang bukan sekadar sebuah maskapai perdagangan biasa, namun sesungguhnya sebuah ‘perahu besar kelompok Yahudi Luciferian’.

Selain makam Kohler, terdapat banyak lagi makam-makam pejabat Belanda dan orang terkenal lainnya di Museum Taman Prasasti. Jika ada waktu, ada baiknya sesekali berlibur ke sana menikmati ratusan simbol yang ada.
Mayor Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler yang sempat dimakamkan di Kebon Jahe Kober, yang saat ini disebut Museum Taman Prasasti, Jakarta lalu dipindah lagi ke Aceh. Sisa tulang belulang Kohler digali dan dipindahkan ke Aceh. Kohler akhirnya dimakamkan kembali dengan upacara militer pada 19 Mei 1978 di Kerkof Peutjut dengan makam berbentuk monumen yang sama persis dengan makamnya di Kebon Jahe Kober, hanya tinggi dan ukurannya lebih kecil.


Lambang Bintang David terukir jelas pada beberapa nisan di kompleks Kherkhoff, Banda Aceh. Salah satunya pada sebuah nisan yang terletak di bawah pohon trembesi  kompleks makam. Nisan yang berkontruksi semen ini tertulis “Hermann Werebeitschik, Geb. Te Grogng, Ausland, Oug 56 Jaar diketahui meninggal di Koetaradja, 23 Oktober 1931 lalu.


Begitu juga dengan logo ular melingkar di nisan Jenderal Kohler Ridder yang dikenal dengan istilah Ouroborus, tulisan Ibrani di nisan Salomon Mozes, Juda Joseph, Rachel Emmanuel, L. Bipkenfeld, Catharina DanielsEvelline Goldenberg, Meir Bolchover dan Deborah Bolchover.

Perlu diketahui, Kerkof atau Kherkheff merupakan  pemakaman militer tempat disemanyamkan sekitar 2.200 tentara Belanda yang sampai saat ini menjadi tanda pengenal sejarah heroik pejuang Aceh melawan kolonialis Belanda.

Makam ini juga sekaligus menandakan kenangan pahit tentara Belanda menerima kekalahan telak, baik dari segi materil maupun nyawa sekaligus. Saat pengunjung memasuki areal kompleks, para pengunjung akan melewati sebuah pintu gerbang yang dinamakan “Gerbang Kehormatan Peutjoet” yang dibangun pada tahun 1896.

Di pucuk gerbang itu pengunjung dapat membaca tulisan dalam bahasa Belanda, Melayu dan Jawa yang berbunyi “Aan onze kameraden, gevallen op het van eer ( = Untuk sahabat kita, yang gugur di medan perang)”. Selanjutnya, di dinding gerbang tertera nama-nama tentara Belanda yang dimakamkan di areal kompleks.

Nah, Berbicara tentang jejak Yahudi di Aceh, itu lepas peran masa kolonialis Belanda yang mulai melakukan ekspansi ke bumi Tanah Rencong pada 26 Maret 1873.

Menurut penuturan Amri, penjaga kuburan Kherkhoff, setidaknya ada sekitar  24 nisan milik Belanda keturunan Yahudi yang tersisa pasca musibah tsunami menerjang kompleks pemakaman.

“Sebelum tsunami, ada beberapa nisan lainnya yang menunjukkan ciri  khas Yahudi seperti logo Bintang David dan tulisan Ibrani yang  terletak di sudut barat makam,” ujar Amri.

Adakah orang-orang Yahudi di Aceh? Sampai saat ini belum ada narasumber yang bisa menjelaskannya. Tapi ungkapan “meuyahudi” ada.

from many source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar