Memandang keindahan istana Meuligoe Wali Nanggroe rasa-rasanya seperti
melihat keindahan bangunan dengan gaya arsitektur Eropa peninggalan abad ke-15
s.d 17.
Abad ke 15 s/d 17 merupakan masa-masa ketika Eropa sedang
mengalami sebuah revolusi kebudayaan yang dikenal dengan Renaissance Age, dimana
kebudayaan, seni dan arsitektur modern bangkit dan menjadi pijakan trend modern hingga
saat ini.
Pada masa-masa itu pula, berdiri sebuah organisasi sekuler yang mendewakan ilmu pengetahuan dan kebebasan berfikir serta anti terhadap berbagai dogma (khususnya agama) di seluruh dunia bernama freemasonry.
Organisasi persaudaraan ini, meskipun tidak memiliki kantor dan pusat kegiatan namun telah menyebar ke seluruh dunia dan bahkan memiliki akses luar biasa ke para politisi, Astronot, ilmuwan, pengusaha besar hingga pemimpin negara.
Di Amerika Serikat sendiri setidaknya terdapat lebih dari 2 juta anggota Freemasonry. Mulai dari George Washington (Presiden AS pertama), Walt Disney, hingga Edwin “Buzz” Aldrin, orang kedua yang telah mendarat (konon) di Bulan setelah Neil Armstrong.
(lihat link ini berupa list anggota dan profesinya http://procinwarn.com/freemasons.htm)
Jejak-jejak freemasonry di Indonesia juga terlihat pada gedung-gedung bersejarah peninggalan Belanda, seperti:
1. Museum Nasional Indonesia;
2. Museum Taman Prasasti;
3. Museum Sejarah
Jakarta atau Museum Fatahilah;
4. Gedung Bappenas, yang
sering disebut masyarakat luas sebagai gedung setan tempat para Masonic memanggil
arwah orang mati, serta puluhan bangunan lainnya yang tersebar di Jawa Tengah,
Sumatera, Jawa Timur dan Makassar.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Freemasonry_di_Indonesia).
Dalam sebuah pertemuan tentang hukum Islam di Universitas Cairo pada tanggal 15 Juli 1978, disimpulkan bahwa pada dasarnya organisasi Freemason adalah organisasi dari kelompok Yahudi yang menjalankan perintah kegiatan dari Zionis Yahudi yang berada di Eropa untuk menghancurkan Islam.
Dalam dunia Islam modern, Kecurigaan terhadap freemasonry di masa kini bisa ditelusuri kepada artikel 17, 22, dan 28 dalam dokumen Hamas 1988 yang mencurigai Freemason, Rotary, Lion dan organisasi rahasia lainnya sebagai alat untuk menyelipkan kepentingan Israel. Meskipun tidak pernah terbukti secara jelas namun teori konspirasi kerap kali menyelimuti organisasi persaudaraan kontroversial ini.
Bagaimana dengan di Aceh?
Aceh sebagai negeri yang bersyariatkan Islam pun tampaknya tak luput dari kuatnya pengaruh organisasi Freemasonry ini. Seperti diketahui, di Aceh juga terdapat Bangunan Peninggalan VOC Belanda, yaitu Lodge (Loji) Freemasonry bernama Loji Prins Frederick yang kini menjadi sebuah sekolah menengah atas SMAN 1 Banda Aceh.
Tapi berbeda dengan yang ada di daerah lain di Indonesia, dimana rata-rata bangunan freemasonry adalah gedung-gedung bersejarah peninggalan penjajahan Belanda, di Aceh justru dibangun gedung baru dengan gaya arsitektur Eropa yang mirip dengan bangunan-bangunan arsitektur Freemasonry.
Istana Meuligoe Wali Nanggroe yang mulai dibangun sejak tahun 2012 lalu, memiliki gaya arsitektur Eropa yang memiliki bentuk-bentuk yang menggambarkan simbol-simbol freemasonry.
Mulai dengan kubah utama yang berbentuk pyramid dengan lingkaran di tengahnya yang sangat mirip bola mata, hingga keenam pilar yang menopang kemegahan istana ini.
Kemiripan arsitektur istana Wali Nanggroe dengan gaya arsitektur freemasonry dapat dilihat sebagai berikut;
1. Segitiga Mata Satu (The All Seeing Eye)
Kubah berbentuk pyramid dengaan
lingkaran menyerupai bentuk mata.
Pyramid dalam agama pagan yang diyakini oleh
kelompok Freemasonry dianggap memiliki makna channeling
energy (penyaluran energi) yang berguna pada saat melakukan
ritual-ritual khusus paganisme. Selanjutnya segitiga kubah dengan lingkaran di
dalamnya sama dengan simbol "the all seeing eye" yang
bermakna “mata tuhan” yang dapat melihat ke seluruh dunia.
Kubah utama Meuligoe Wali Nanggroe menyimbolkan "the all seeing eye" dan "pyramid" |
2. Pilar berjumlah 6 buah menggambarkan gaya arsitektur Eropa/Freemasonry yang memsiliki makna jumlah sudut dalam heksagram yang dikenal sebagai lambang dajjal, dibentuk dari 2 buah segitiga yang diposisikan saling berlawanan.
Enam pilar melambangkan keenam sudut dalam heksagram yang juga dikenal sebagai lambang Zionis dan Dajjal. |
Bentuk 6 pilar juga dapat dilihat di kuil-kuil sesembahan Masonic yang tersebar di seluruh dunia, seperti yang berada di “Masonic Memorial Temple” di Brisbane, Australia
dan “George Washington Masonic National
Memorial”, Amerika Serikat.
Dua kubah di samping kanan
dan kiri istana, merupakan symbol freemasonry dari the two pillars of the east and
west
Dua pilar Timur dan Barat yang menyimbolkan kedatangan bintang Fajar/raja iblis yang membawa kegelapan |
The East bermakna
sebagai tempat terbitnya matahari dimana Lucifer (Orang Eropa menganggap Lucifer sebagai
Raja Iblis) yang dalam bahasa latin berarti bintang fajar. Sementara West menyimbolkan
saat terbenamnya matahari dimana saat datangnya kegelapan. Pilar Kembar ini diadopsi dari 2 Pilar yang berada di Serambi Kuil Raja Solomon (Sulaiman).
Terlepas
dari benar atau tidaknya Istana Meuligoe Wali Nanggroe merupakan deskripsi dari
sebuah paganisme yang diusung di bumi Serambi Mekah, secara logika saja,
dipandang dari sudut arsitektur bangunan istana ini sama sekali tidak
menggambarkan nilai-nilai keacehan apalagi keislaman.
Banyak sekali model-model bangunan islam yang tak
kalah indahnya yang tentunya dapat diadopsi oleh Wali Nanggroe maupun pemerintahan
Aceh sebagai gambaran dari sebuah kemegahan dan keindahan islam.
Seperti terdapat
dalam link
ini:
http://www.defence.pk/forums/general-images-multimedia/93899-islamic-architecture-around-world-3.html
Selanjutnya,
peletakan bangunan masjid (?)
di belakang bangunan utama menunjukkan bahwa masjid/musholla tersebut hanya
digunakan oleh lingkungan terbatas oleh pemilik istana maupun para stafnya
bukan digunakan secara umum, artinya juga istana tersebut tidak dapat diakses
dengan mudah oleh masyarakat.
Belum lagi apabila dilihat dari tabiat dan prilaku
Sang Wali yang cenderung tidak dekat dengan rakyat Aceh dan lebih fokus dalam
mengurusi hal-hal berbau politik yang sedianya sudah ditangani oleh pemerintah
Aceh yang dipilih melalui sebuah proses politik yang
demokratis. Entahlah apa jadinya Aceh ini,
jika benar analisis tulisan saya di atas bahwa paganisme telah merasuk dalam
kehidupan figur yang diharapkan sebagai “wali” bagi orang Aceh, maka
sekali lagi, Aceh akan menjadi negeri yang semakin aneh!!!!
VIDEO:
Artikel Terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar